Kamis, 11 September 2008

Sambutan Raja Abdullah bin Abdulaziz dalam Konferensi Dunia tentang Dialog

Madrid – Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, yang telah mewahyukan dalam Kitab Suci-Nya: "Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa.”

Damai dan rahmat atas Nabi Muhammad dan atas seluruh nabi dan rasul.

Yang Mulia, sahabatku, Juan Carlos, Raja Spanyol:

Sahabat-sahabat yang terhormat: Selamat datang, dan saya ucapkan terima kasih kepada Anda yang telah menjawab undangan kami dan hadir dalam dialog ini. Saya menghargai segala upaya yang anda lakukan dalam melayani kemanusiaan. Saya haturkan penghargaan setinggi-tingginya kepada sahabat-sahabat saya, Yang Mulia Raja Juan Carlos dan Kerajaan Spanyol, serta rakyatnya yang penuh keramahan menyambut berkumpulnya kita dalam konferensi ini di tanah air mereka, sebuah wilayah yang memiliki warisan bersejarah dan peradaban di antara umat-umat beragama, dan yang telah menjadi saksi koeksistensi antara rakyat dari berbagai suku bangsa, agama, dan kebudayaan, dan yang memberi sumbangan, bersama peradaban-peradaban lain, bagi kemajuan umat manusia.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: saya datang kepada Anda dari tempat yang dekat dengan hati semua Muslim, tanah tempat Dua Masjid Suci, membawa sebuah pesan dari dunia Islam, yang mewakili para sarjana dan pemikirnya yang belum lama ini bertemu dalam lingkup Baitullah. Pesan ini menyatakan bahwa Islam merupakan sebuah agama yang tidak berlebih-lebihan dan bertenggang rasa; sebuah pesan yang menyerukan bagi dialog konstruktif di antara umat beragama; sebuah pesan yang berjanji membuka sebuah halaman baru bagi umat manusia yang di dalamnya – Insya Allah – musyawarah akan menggantikan konflik.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Kita semua percaya pada Tuhan yang Maha Esa, yang mengirimkan para utusan-Nya demi kebaikan umat manusia di dunia ini dan akhirat nanti. Sudah kehendak-Nya, Maha Besar Allah, bahwa manusia harus berbeda dalam keyakinan. Jika Allah Yang Maha Kuasa berkehendak, semua manusia akan memiliki agama yang sama. Kita bertemu hari ini untuk menegaskan bahwa agama-agama yang dikehendaki Allah Yang Maha Kuasa demi kebahagiaan umat seharusnya menjadi sarana untuk memastikan terwujudnya kebahagiaan itu.

Karena itu wajib hukumnya bagi kita untuk menyatakan kepada dunia bahwa perbedaan tidak harus menyebabkan konflik dan konfrontasi, dan untuk menyatakan bahwa tragedi-tragedi yang telah terjadi dalam sejarah manusia tidak ada hubungannya dengan agama, tetapi merupakan akibat dari ekstremisme yang sebagian umat dari setiap agama ilahiah, dan dari setiap ideologi politik, telah pernah mengalaminya.

Umat manusia dewasa ini sedang menderita akibat hilangnya nilai-nilai dan kerancuan konseptual, dan sedang melalui sebuah tahapan kritis di mana, terlepas dari segala kemajuan ilmu pengetahuan yang ada, kita sedang menyaksikan berkembang biaknya kejahatan, meningkatnya terorisme, terpecahnya keluarga, pemberontakan pikiran-pikiran kaum muda akibat penyalahgunaan obat-obatan, pemerasan yang lemah oleh yang kuat, dan kecenderungan-kecenderungan rasis penuh kebencian. Ini semua merupakan akibat dari kekosongan spiritual yang diderita orang karena mereka melupakan Tuhan, dan Tuhan menyebabkan mereka melupakan diri mereka sendiri. Tidak ada penyelesaian bagi kita selain menyepakati sebuah kesatuan pendekatan, melalui dialog di antara agama dan peradaban.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Kebanyakan dialog di masa lalu gagal karena mereka telah terpuruk menjadi tempat saling menuding yang memusatkan perhatiannya pada perbedaan-perbedaan yang ada dan melebih-lebihkannya; dengan upaya-upaya mandul yang justru semakin memperburuk dan bukannya meredakan ketegangan, atau karena mereka mencoba untuk mencampurkan agama dan keyakinan dengan alasan untuk mempererat persatuan mereka.

Ini adalah sebuah upaya yang sama-sama tidak akan membuahkan hasil karena umat tiap-tiap agama memiliki iman yang teguh terhadap keyakinan mereka masing-masing, dan tidak akan menerima pilihan lain yang ditawarkan. Jika kita ingin pertemuan bersejarah ini berhasil, kita harus memusatkan perhatian pada persamaan-persamaan yang menyatukan kita, yaitu iman yang kuat kepada Tuhan, prinsip-prinsip yang mulia, dan nilai-nilai moral yang tinggi, yang merupakan intisari agama.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Manusia dapat menjadi penyebab kehancuran planet ini dan semua yang ada di dalamnya. Tapi manusia juga mampu mengubahnya menjadi sebuah oasis perdamaian dan ketenangan tempat para umat berbagai agama, keyakinan, dan filosofi dapat hidup berdampingan, dan orang dapat bekerja sama satu dengan yang lain dalam sikap saling menghormati, dan mengatasi berbagai permasalahan melalui dialog, bukan kekerasan.

Manusia juga mampu – dengan rahmat Allah – memusnahkan kebencian dengan cinta, dan kemunafikan dengan toleransi, yang dengan demikian memungkinkan semua umat manusia menikmati martabat yang telah dianugerahkan Yang Maha Kuasa kepada mereka semua.

Sahabat-sahabatku yang terhormat: Marilah kita jadikan dialog kita sebagai sebuah kemenangan keyakinan atas ketidakyakinan, kebajikan atas kejahatan, keadilan atas ketidakadilan, perdamaian atas konflik dan perang, dan persaudaraan manusia atas rasisme.

Karena itu, bersama Tuhan kita memulai, dan kepada-Nya kita memohon pertolongan. Saya mengulurkan sambutan dan menghaturkan penghargaan tulus saya kepada Anda semua.

Terima kasih dan damai bagi kita.

* Raja Abdullah bin Abdulaziz adalah Raja Kerajaan Arab Saudi. Konferensi Dunia tentang Dialog berlangsung di Madrid pada 16-18 Juli 2008.

**Artikel ini disebarluaskan oleh Kantor Berita Common Ground (CGNews) dan dapat dibaca di www.commongroundnews.org.

Tidak ada komentar: